MENGAPA MANUSIA MEMERLUKAN PENDIDIKAN
(PANDANGAN TENTANG MANUSIA
HAKIKAT MANUSIA DAN KEBUTUHANNYA AKAN PENDIDIKAN DAN DIMENSI
KEMANUSIAAN PERKEMBANGANNYA)
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata kuliah : Pengantar pendidikan
Dosen pembimbing : Drs. H.Hamsi Mansyur, M.M.Pd
Oleh:
FUAH RATI KURNIA SARI
MAYSYARAH
MUHAMMAD ILMI
TSAUBAN ABQORIE
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
BANJARMASIN 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Kami Panjatkan ke
Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya lah
kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul “ Mengapa Manusia Memerlukan Pendidikan
” tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa didalam
pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Banjarmasin,
September 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Isi
KATA
PENGANTAR................................................................................
DAFTAR
ISI...............................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang........................................................................................
B.
Rumusan Masalah...................................................................................
C.
Maksud dan Tujuan Penulisan................................................................
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sifat Hakikat Manusia .........................................................
B. Wujud
Sifat hakikat Manusia ................................................................
C. Dimensi-dimensi
Hakikat Manusia, Keunikan dan Dinamikanya...........
D. Pengembangan (Proses Pendidikan) Dimensi Hakikat Manusia.............
E. Pandangan
Islam.....................................................................................
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan.............................................................................................
B.
Saran .......................................................................................................
Daftar
Pustaka.............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Potensi kemanusiaan
merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Manusia memiliki ciri khas
yang secara prinsipiil berbeda dari hewan. Ciri khas manusia yang membedakannya
dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang di sebut sifat hakikat
manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut
hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Oleh karena itu,
strategis jika pembahasan tentang hakikat manusia ditempatkan pada seluruh pengkajian
tentang pendidikan, dengan harapan menjadi titik tolak bagi paparan
selanjutnya. Untuk mencapai pengetahuan hakikat manusia tersebut maka akan
dikemukakan materi yang meliputi : arti dan wujud sifat hakikat manusia,
dimensi-dimensinya, pengembangan dimensi tersebut dan sosok manusia Indonesia
seutuhnya
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud
membantu peserta didik menumbuh kembangkan potensi kemanusiaannya. Tugas
pendidik hanya mungkin dilakukan jika pendidik memiliki gambaran yang jelas
tentang siapa manusia itu sebenarnya.
Dalam kenyataannya masih banyak pendidik yang belum mengetahui
gambaran tentang siapa manusia itu sebenarnya dan sifat hakikat apa saja yang
dimiliki manusia yang membedakannya dengan hewan sehingga dalam melaksanakan
pendidikan belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Melihat kenyataan inilah
penulis memandang perlunya dibahas tentang manusia dan pendidikan : hakikat
manusia dan pengembangannya.
B. Rumusan Masalah
Kami merumuskan
beberapa masalah dalam penulisan makalah ini.
1.
Apakah pengertian Hakikat Manusia dan kebutuhannya akan pendidikan?
2.
Apa saja Dimensi Kemanusiaan dan perkembangannya?
C. Maksud dan tujuan penulisan
Adapun tujuan menyusun makalah ini untuk mengetahui tentang pengertian apa itu
Hakikat Manusia dan Pengembangannya dalam dimensi-dimensinya.
BAB II
PEMBAHASAN
MANUSIA DAN PENDIDIKAN
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
A. Pengertian Sifat Hakikat
Manusia
Sifat hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang
secara prinsipil membedakan manusia dari hewan, meskipun antara manusia dengan
hewan banyak kemiripan terutama dilihat dari segi biologisnya. Bentuknya
(misalnya orang hutan), bertulang belakang seperti manusia, berjalan tegak
dengan menggunakan kedua kakinya, melahirkan, menyusui anaknya dan pemakan
segala. Bahkan carles darwin (dengan teori evolusinya) telah berjuang menemukan
bahwa manusia berasal dari primat atau kera tapi ternyata gagal karena tidak
ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai bentuk ubah
dari primat atau kera. Disebut sifat hakikat manusia karena secara haqiqi sifat
tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Karena
manusia mempunyai hati yang halus dan dua pasukannya. Pertama, pasukan yang
tampak yang meliputi tangan, kaki, mata dan seluruh anggota tubuh, yang
mengabdi dan tunduk kepada perintah hati. Inilah yang disebut pengetahuan.
Kedua, pasukan yang mempunyai dasar yang lebih halus seperti syaraf dan otak.
Inilah yang disebut kemauan. Pengetahuan dan kemauan inilah yang membedakan
antara manusia dengan binatang.
B. Wujud Sifat Hakikat
Manusia
Wujud dari sifat hakikat manusia yang tidak dimiliki oleh
hewan yang dikemukakan oleh faham eksistensialisme dengan maksud menjadi
masukan dalam membenahi konsep pendidikan, Prof. Dr. Umar Tirtaraharja dkk,
menyatakan :
1. Kemampuan Menyadari Diri
Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki manusia maka manusia
menyadari bahwa dirinya memiliki ciri kas atau karakteristik diri. Hal ini
menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dan membuat jarak dengan orang
lain dan lingkungan di sekitarnya. Yang lebih istimewa lagi manusia dikaruniai
kemampuan membuat jarak diri dengan dirinya sendiri, sehingga manusia dapat
melihat kelebihan yang dimiliki serta kekurangan-kekurangan yang terdapat pada
dirinya. Kemampuan memahami potensi-potensi dirinya seperti ini peserta didik
harus mendapat pendidikan dan perhatian yang serius dari semua pendidik supaya
dapat menumbuh kembangkan kemampuan mengeluarkan potensi-potensi yang ada pada
dirinya.
2. Kemampuan
Bereksistensi
Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan manusia menempatkan diri dan dapat
menembus atau menerobos serta mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya.
Sehingga manusia tidak terbelenggu oleh tempat dan waktu. Dengan demikian
manusia dapat menembus ke sana dan ke masa depan.
Kemampuan bereksistensi perlu
dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajar agar belajar dari
pengalamannya, mengantisipasi keadaan dan peristiwa, belajar melihat prospek
masa depan dari sesuatu serta mengembangkan imajinasi kreatifnya sejak masa
kanak-kanak.
3. Kata hati
Kata hati juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara
hati, pelita hati dan sebagainya. Kata hati adalah kemampuan membuat keputusan
tentang yang baik atau benar dan yang buruk atau salah bagi manusia sebagai
manusia. Untuk melihat alternatif mana yang terbaik perlu didukung oleh
kecerdasan akal budi. Orang yang memiliki kecerdasan akal budi disebut tajam
kata hatinya. Kata hati yang tumpul agar menjadi kata hati yang tajam harus ada
usaha melalui pendidikan kata hati yaitu dengan melatih akal kecerdasan dan
kepekaan emosi. Tujuannya agar orang memiliki keberanian berbuat yang didasari
oleh kata hati yang tajam, sehingga mampu menganalisis serta membedakan mana
yang baik atau benar dan buruk atau salah bagi manusia sebagai manusia
4. Moral
Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan
maka yang dimaksud moral adalah perbuatan itu sendiri. Moral dan kata hati
masih ada jarak antara keduanya. Artinya orang yang mempunyai kata hati yang
tajam belum tentu moralnya baik. Untuk mengetahui jarak tersebut harus ada
aspek kemauan untuk berbuat.
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa moral yang singkron dengan kata hati yang tajam merupakan
moral yang baik. Sebaliknya perbuatan yang tidak singkron dengan kata hatinya
merupakan moral yang buruk atau rendah.
5. Tanggung jawab
Sifat tanggung jawab adalah kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari
perbuatan yang menuntut jawab yang telah dilakukannya. Wujud bertanggung jawab
bermacam-macam. Ada bertanggung jawab kepada dirinya sendiri bentuk tuntutannya
adalah penyesalan yang mendalam. Tanggung jawab kepada masyarakat bentuk tuntutannya
adalah sanksi-sanksi sosial seperti cemoohan masyarakat, hukuman penjara dan
lain-lain. Tanggung jawab kepada tuhan bentuk tuntutannya adalah perasaan
berdosa dan terkutuk.
6. Rasa kebebasan
Rasa kebebasan adalah tidak merasa terikat oleh sesuatu tetapi sesuai dengan
tuntutan kodrat manusia. Artinya bebas berbuat apa saja sepanjang tidak
bertentangan dengan tuntutan kodrat manusia. Jadi kebebasan atau kemerdekaan
dalam arti yang sebenarnya memang berlangsung dalam keterikatan.
7. Kewajiban dan Hak
Kewajiban dan hak adalah dua
macam gejala yang timbul karena manusia itu sebagai makhluk sosial, yang satu
ada hanya karena adanya yang lain. Tidak ada hak tanpa kewajiban. Kewajiban ada
karena ada pihak lain yang harus dipenuhi haknya.
8. Kemampuan Menghayati
Kabahagiaan
Kebahagiaan adalah merupakan integrasi dari segenap kesenangan, kegembiraan,
kepuasan dan sejenisnya dengan pengalaman-pengalaman pahit dan penderitaan.
Proses dari kesemuanya itu (yang menyenangkan atau yang pahit) menghasilkan
suatu bentuk penghayatan hidup yang disebut bahagia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah perpaduan dari usaha, hasil atau takdir dan kesediaan menerimanya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah perpaduan dari usaha, hasil atau takdir dan kesediaan menerimanya.
C. Dimensi-dimensi Hakikat Manusia, Keunikan
dan Dinamikanya.
Dalam hal ini ada 4 macam dimensi yang akan
dibahas yaitu :
1. Dimensi Keindividuan
Setiap anak manusia yang
dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain atau
menjadi dirinya sindiri. Inilah sifat individualitas.
Karena adanya individualitas itu setiap orang mempunyai kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat dan daya tahan yang berbeda-beda. Setiap manusia memiliki kepribadian unik yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Karena adanya individualitas itu setiap orang mempunyai kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat dan daya tahan yang berbeda-beda. Setiap manusia memiliki kepribadian unik yang tidak dimiliki oleh orang lain.
2. Dimensi Kesosialan
Setiap bayi yang lahir
dikaruniai potensi sosialitas demikian dikatakan Mj Langeveld (1955 : 54) dalam
buku (Pengantar Pendidikan, Prof. Dr. Tirtaraharja dan Drs. S.L La Ulo 2005 :
18). Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa setiap anak dikaruniai benih
kemungkinan untuk bergaul. Artinya setiap orang dapat saling berkomunikasi yang
pada hakikatnya di dalamnya ada unsur saling memberi dan menerima. Adanya
dimensi kesosialan pada diri manusia tampak jelas pada dorongan untuk bergaul.
Dengan adanya dorongan untuk bergaul setiap orang ingin bertemu dengan
sesamanya. Manusia hanya menjadi menusia jika berada diantara manusia. Tidak
ada seorangpun yang dapat hidup seorang diri lengkap dengan sifat hakekat
kemanusiaannya di tempat yang terasing. Sebab seseorang hanya dapat
mengembangkan sifat individualitasnya di dalam pergaulan sosial seseorang dapat
mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi dengan
sesamanya.
3. Dimensi Kesusilaan
Kesusilaan adalah kepantasan
dan kebaikan yang lebih tinggi. Manusia itu dikatakan sebagai makhluk susila.
Drijarkoro mengartikan manusia susila sebagai manusia yang memiliki
nilai-nilai, menghayati, dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatan.
Agar manusia dapat melakukan apa yang semestinya harus dilakukan, maka dia
harus mengetahui, menyadari dan memahami nilai-nilai. Kemudian diikuti dengan
kemauan atau kesanggupan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
4. Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia
adalah makhluq religius. Mereka percaya bahwa di luar alam yang dapat dijangkau
oleh indranya ada kekuatan yang menguasai alam semesta ini. Maka dengan adanya
agama yang diturunkan oleh tuhan manusia menganut agama tersebut.
Beragama merupakan kebutuhan
manusia karena manusia adalah makhluq yang lemah sehingga memerlukan tempat
bertopang. Manusia memerlukan agama demi keselamatan hidupnya. Manusia dapat
menghayati agama melalui proses pendidikan agama. Disinilah tugas orang tua dan
semua pendidik untuk melaksanakan pendidikan agama kepada anaknya atau anak
didiknya.
D. Pengembangan (Proses
Pendidikan) Dimensi Hakikat Manusia
Pengembangan dimensi hakikat
manusia menjadi tugas pendidikan. Pengembangannya dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Pengembangan yang utuh
Pengembangan yang utuh yaitu
apabila pengembangan dimensi hakikat manusia itu terjadi secara utuh antara
jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan
keberagamaan, antara aspek koknitif, afektif dan psikomotorik. Semua
dimensi-dimensi tersebut harus mendapat layanan dengan baik, tidak terjadi
pengabaian terhadap salah satunya dalam hal ini dimensi keberagamaan menjadi
tumpuan dari ketiga dimensi yang lain.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap seluruh dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara selaras. Maka secara totalitas dapat membentuk manusia yang utuh.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap seluruh dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara selaras. Maka secara totalitas dapat membentuk manusia yang utuh.
2. Pengembangan yang tidak
utuh
Pengembangan yang tidak utuh
adalah proses pengembangan dimensi hakikat manusia yang tidak seimbang antara
dimensi yang satu dengan yang lainnya, artinya ada salah satu dimensi yang
terabaikan penanganannya. Pengembangan yang tidak utuh akan menghasilkan
kepribadian yang pincang dan tidak mantap. Pengembangan yang seperti ini
merupakan pengembangan yang patologis atau tidak sehat.
E. Pandangan Islam
1. Pandangan Islam Terhadap
Manusia
Menurut pandangan islam
manusia adalah makhluk Alloh yang paling mulia dari pada yang lainnya. Ia bukan
ada dengan sendirinya tetapi diciptakan oleh Alloh dengan dikaruniai
sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki oleh makhluq yang lain. Alloh
menciptakan manusia dalam bentuk fisik yang bagus dan seimbang. Sesuai dengan
firman Alloh Surat Ath Thiin yang artinya : Sesungguhnya telah kami jadikan
manusia itu dalam bentuk sebaik-baiknya (Q.S At tiin 4) Dalam hubungan dengan
pendidikan menurut pandangan islam manusia dapat kita lihat dari tiga titik
saja yaitu : (Daradjat dkk, 2000 : 3)
a. Manusia sebagai makhluq
yang mulia
Manusia diciptakan oleh Alloh
sebagai penerima dan pelaksana ajaran agama. Oleh karena itu ia ditempatkan
pada kedudukan yang mulia. Untuk mempertahankan kedudukannya yang mulia dan
bentuk pribadi yang bagus itu Alloh melengkapinya dengan akal dan perasaan yang
memungkinkan manusia menerima dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
membudayakan ilmu yang dimilikinya.
Ini berarti manusia sebagai makhluq yang mulia dikarenakan manusia dikaruniai (1) akal dan perasaan (2) ilmu pengetahuan (3) kebudayaan yang seluruhnya dikaitkan kepada pengabdian pada pencipta, Alloh SWT.
Ini berarti manusia sebagai makhluq yang mulia dikarenakan manusia dikaruniai (1) akal dan perasaan (2) ilmu pengetahuan (3) kebudayaan yang seluruhnya dikaitkan kepada pengabdian pada pencipta, Alloh SWT.
1) Akal dan Perasaan
Setiap orang menyadari bahwa
ia mempunyai akal dan perasaan. Akal pusatnya di otak, digunakan untuk
berfikir, perasaan pusatnya di hati, dalam kenyataan keduanya sukar dipisahkan.
Penggunaan akal dan perasaan
dapat menentukan kedudukan seseorang dalam lingkungan sosialnya. Kemampuan
berfikir dan merasa ini merupakan anugerah Alloh yang paling besar dan ini
pulalah yang membuat manusia itu istimewa dan mulai dibandingkan dengan makhluq
yang lainnya. Alloh menyuruh manusia berfikir baik tentang dirinya atau tentang
alam semesta ini sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan.
2) Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu yang
diketahui oleh manusia melalui pengalaman, informasi, perasaan atau melalui
intuisi. Ilmu pengetahuan merupakan hasil pengolahan akal (berfikir) dan
perasaan tentang sesuatu yang diketahui itu. Faktor terbesar yang membuat
manusia itu mulia adalah karena ia berilmu dan menggunakan ilmunya dia dapat
menguasai alam, meningkatkan iman dan taqwanya juga dengan ilmu.
3) Kebudayaan
Islam memandang manusia
sebagai makhluq pendukung dan pencipta kebudayaan. Dengan akal, ilmu dan
perasaan ia membentuk kebudayaan dan mewariskan kebudayaan itu kepada anak
turunnya.
b. Manusia sebagai kholifah
di bumi
Setelah bumi ini diciptakan,
Alloh memandang perlu bumi itu didiami, diurus dan diolah. Untuk itu ia menciptakan
manusia sebagai kholifah di bumi. Kemampuan bertugas ini adalah anugerah Alloh
dan sekaligus merupakan amanat yang dibimbing dengan suatu ajaran yang
pelaksanaannya merupakan tanggung jawab manusia yang bernama kholifah itu.
c. Manusia sebagai makhluq
PAEDAGOGIK
Mahluq paedagogik ialah
mahluq Alloh yang dilahirkan membawa potensi dapat dididik dan dapat mendidik.
Mahluq itu adalah manusia. Sehingga mampu menjadi kholifah di bumi, pendukung
dan pengembang kebudayaan. Ia dilengkapi dengan fitroh Alloh berupa bentuk yang
dapat berkembang, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluq yang mulia,
pikiran, perasaan dan kemampuannya berbuat merupakan komponen dari fitrah itu.
Fitrah inilah yang membedakan manusia dengan mahluq yang lain dan membuat
manusia itu istimewa dan lebih mulia dan sekaligus berarti bahwa manusia adalah
mahluq paedagogik.
2. Pandangan Islam Terhadap
Pendidikan
Ahmad Marimba mendefinisikan
pendidikan sebagai suatu bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh guru
terhadap perkembangan jasmani dan ruhani murid menuju terbentuknya kepribadian
yang utama (Rusn, 1988 : 54).
Menurut pandangan islam
pendidikan itu sangat penting, karena syariat islam tidak akan dihayati dan
diamalkan oleh umatnya kalau hanya diajarkan saja. Untuk itulah agar islam bisa
diamalkan oleh umatnya tidak hanya teoritis tetapi juga praktis maka umat islam
harus dididik melalui proses pendidikan. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh
Nabi SAW dalam mengajak orang untuk beriman dan beramal serta berakhlaq yang
baik sesuai dengan ajaran islam dengan berbagai metode dan pendekatan. Sehingga
beliau adalah seorang pendidik yang berhasil.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat
kita simpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Sifat hakekat manusia
adalah ciri-ciri karakteristis yang secara prinsipil membedakan manusia dari
hewan atau dari makhluq lainnya
2. Wujudnya sifat hakikat
manusia antara lain kemampuan manusia menyadari diri, kemampuan bereksistensi,
mempunyai kata hati, moral, tanggung jawab, rasa kebebasan, kewajiban dan hak
serta kemampuan menghayati kebahagiaan.
3. Dimensi-dimensi sifat
hakekat manusia ada 4 yaitu dimensi keindividuan, kesosialan, kesusilaan dan
keberagaman.
4. Pengembangan dimensi
hakekat manusia ada dua yaitu : pengembangan yang utuh dan pengembangan yang
tidak utuh.
5. Menurut pandangan islam
- Terhadap manusia, manusia
adalah :
a. Sebagai mahluq yang mulia
karena dikaruniai akal dan perasaan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan utuh
mengabdi kepada Alloh.
b. Sebagai kholifah dimuka
bumi.
c. Sebagai mahluq paedagogik
6. Terhadap pendidikan :
Menurut pandangan islam
pendidikan itu sangat penting, karena syariat islam dapat dihayati dan
diamalkan oleh umatnya hanya dengan proses pendidikan seperti yang dilakukan
olah Nabi SAW.
B. SARAN
1. Kepada
semua pihak yang berkepentingan dunia pendidikan wajib berpegang teguh kepada
nilai-nilai kependidikan dalam mengemban tugas dan tanggung jawab kesehariannya
2. Penerapan
paradigma baru dalam pendidikan disosialisasikan lebih luas .
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Umar Tirtarahardja
dan Drs. S. L. La Sulo
AM, juhri. 2009. Landasan dan
wawasan pendidikan suatu pendekatan kompetensi guru. Metro : Um metro press
Hutasoit, nella. 2011. Pengertian
belajar. (online). (http://nellahutasoit.wordpress.com/2011/11/18/pengertian-belajar/#more-145, diakses pada 28 oktober 2012).
Joegolan. 2009. Pengertian belajar. (online). http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/, diakses pada 28 oktober 2012).
Anonim. Senin 11 Januari 2011. Dimensi-Dimensi Hakekat Manusia.
Diakses di Solok, Oktober 2012.
Miranda, Dian. 19 September 2009. Pendidikan dan Ilmu Pendidikan.
Diakses di Solok, Oktober 2012
Tirtarahardja, Umar. 1990.Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Download Makalah + Powerpoint
bentuk Rar dan PPT
Download Makalah + Powerpoint
bentuk Rar dan PPT
No comments:
Post a Comment