Asal Mula Alam Semesta - Keajaiban Ilmiah Al Qur'an
Ilmu pengetahuan moderen, ilmu astronomi, baik yang berdasarkan pengamatan maupun berupa teori, dengan jelas menunjukkan bahwa pada suatu saat seluruh alam semesta masih berupa 'gumpalan asap' (yaitu komposisi gas yang sangat rapat dan tak tembus pandang, The First Three Minutes, a Modern View of the Origin of the Universe,
Weinberg, hal. 94-105.). Hal ini merupakan sebuah prinsip yang tak
diragukan lagi menurut standar astronomi moderen. Para ilmuwan sekarang
dapat melihat pembentukan bintang-bintang baru dari peninggalan
'gumpalan asap' semacam itu (lihat gambar 10 dan 11)
Bintang-bintang yang berkilauan yang kita lihat di malam hari,
sebagaimana seluruh alam semesta, dulunya berupa materi 'asap' semacam
itu. Allah telah berfirman di dalam Al Qur'an:
ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap,... (Al Fushshiilat, 41: 11)
Karena bumi dan langit di atasnya (matahari, bulan, bintang, planet,
galaksi dan lain-lain) terbentuk dari 'gumpalan asap' yang sama, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa matahari dan bumi dahulu merupakan satu
kesatuan. Kemudian mereka berpisah dan terbentuk dari 'asap' yang
homogen ini. Allah telah berfirman:
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. (Al Anbiya, 21:30)
Dr. Alfred Kroner adalah salah satu ahli ilmu bumi terkemuka. Ia adalah
Profesor geologi dan Kepala Departemen Geologi pada Institute of
Geosciences, Johannes Gutenberg University, Mainz, Jerman. Ia berkata:
"Jika menilik tempat asal Muhammad... Saya pikir sangat tidak mungkin
jika ia bisa mengetahui sesuatu semisal asal mula alam semesta dari
materi yang satu, karena para ilmuwan saja baru mengetahui hal ini dalam
beberapa tahun yang lalu melalui berbagai cara yang rumit dan dengan
teknologi mutakhir. Inilah kenyataannya." Ia juga berkata: "Seseorang
yang tidak mengetahui apapun tentang fisika inti 14 abad yang lalu,
menurut saya, tidak akan pernah bisa mengetahui, melalui pemikirannya
sendiri, bahwa dulunya bumi dan langit berasal dari hal yang satu."
share : http://www.al-habib.info/review/al-quran-asal-mula-alam-semesta.htm
Proses Penciptaan Alam Semesta dalam Enam Masa Dalam Al-Qur’an
”Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah
membinanya {27} Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya {28}
dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang
benderang {29} Dan bumi
sesudah itu dihamparkan-Nya {30} Ia memancarkan daripadanya mata
airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya {31} Dan gunung-gunung
dipancangkan-Nya dengan teguh {32} (semua itu) untuk kesenanganmu dan
untuk binatang-binatang ternakmu {33}”(Q.S. An-Nazi’at: 27-33)
Pembentukan alam semesta dalam enam masa, sebagaimana disebutkan
Al-Qur’an atau kitab lainnya, sering menimbulkan permasalahan. Sebab,
enam masa tersebut ditafsirkan berbeda-beda, mulai dari enam hari, enam
periode, hingga enam tahapan. Oleh karena itu, pembahasan berikut
mencoba menjelaskan maksud enam masa tersebut dari sudut pandang
keilmuan, dengan mengacu pada beberapa ayat Al-Qur’an.
Dari sejumlah ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan enam masa, Surat
An-Nazi’at ayat 27-33 di atas tampaknya dapat menjelaskan tahapan enam
masa secara kronologis. Urutan masa tersebut sesuai dengan urutan
ayatnya, sehingga kira-kira dapat diuraikan sebagai berikut:
Masa I (ayat 27): penciptaan langit pertama kali
Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar
yang disebut ”big bang”, kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari
teori ini ialah gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit.
Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut , terdiri
dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika
dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat. Ketika temperatur
dukhan mencapai 20 juta derajat celcius, terbentuklah helium dari reaksi
inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen yang lain berubah
menjadi energi berupa pancaran sinar infra-red. Perubahan wujud hidrogen
ini mengikuti persamaan E=mc2, besarnya energi yang dipancarkan
sebanding dengan massa atom hidrogen yang berubah.
Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan,
menyebar dan menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan
yang tersisa berupa piringan, yang kemudian membentuk galaksi .
Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian dalam galaksi,
menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void (rongga). Jadi, alam
semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian yang
kosong dan bagian yang terisi awan debu (dukhan) yang terbentuk akibat
big bang
hembusan angin bintang dari kedua kutubnya galaksi yang terbentuk dari piringan bintang-bintang dan gas-gas pembentuknya
struktur filamen dari alam semesta yang bagaikan kapas.
hembusan angin bintang dari kedua kutubnya galaksi yang terbentuk dari piringan bintang-bintang dan gas-gas pembentuknya
struktur filamen dari alam semesta yang bagaikan kapas.
Masa II (ayat 28): pengembangan dan penyempurnaan
Dalam ayat 28 di atas terdapat kata ”meninggikan bangunan” dan
”menyempurnakan”. Kata ”meninggikan bangunan” dianalogikan dengan alam
semesta yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan
langit terlihat makin tinggi. Ibaratnya sebuah roti kismis yang semakin
mengembang, dimana kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika roti
tersebut mengembang maka kismis tersebut pun akan semakin menjauhi model
roti kismis untuk menggambarkan mengembangnya alam semesta
Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang.
Jadi, pada dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan
proses pengembangan alam semesta. Dengan menggunakan perhitungan efek
doppler sederhana, dapat diperkirakan berapa lama alam ini telah
mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun.
Sedangkan kata ”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak
serta merta terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung.
Misalnya kelahiran dan kematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta
ini dapat terus mengembang, atau kemungkinan lainnya akan mengerut.
Masa III (ayat 29): pembentukan tata surya termasuk Bumi
reaksi nuklir yang menjadi sumber energi bintang seperti Matahari
reaksi nuklir yang menjadi sumber energi bintang seperti Matahari
Surat An-Nazi’ayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang
gelap gulita dan siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat
ditafsirkan sebagai penciptaan matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi
yang berotasi, sehingga terjadi siang dan malam. Pembentukan tata surya
diperkirakan seperti pembentukan bintang yang relatif kecil, kira-kira
sebesar orbit Neptunus. Prosesnya sama seperti pembentukan galaksi
seperti di atas, hanya ukurannya lebih kecil.
Seperti halnya matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di
Bumi berasal dari reaksi nuklir dalam inti besinya (gambar 3). Lain
halnya dengan Bulan. Bulan tidak mempunyai inti besi. Unsur kimianya pun
mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, disimpulkan
bahwa Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar ketika Bumi masih lunak.
Lontaran ini terjadi karena Bumi bertumbukan dengan suatu benda angkasa
yang berukuran sangat besar (sekitar 1/3 ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur
di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat reaksi nuklir pada Bulan itu
sendiri.
Masa IV (ayat 30): awal mula daratan di Bumi
Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan Bumi.
Masa III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang artinya,[i] “Katakanlah: ‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?’ (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”.
Masa III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang artinya,[i] “Katakanlah: ‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?’ (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”.
daratan Pangaea yang merupakan asal mula semua daratan di Bumi.
Masa V (ayat 31): pengiriman air ke Bumi melalui komet
ilustrasi komet yang membawa unsur hidrogen sebagai pembentuk air di Bumi
ilustrasi komet yang membawa unsur hidrogen sebagai pembentuk air di Bumi
Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat
air ketika mula-mula terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi
dari tidak ada air menjadi ada air.
Jadi, darimana datangnya air? Air diperkirakan berasal dari komet
yang menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur
hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi
dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan yang
pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet, adalah rasio Deuterium dan
Hidrogen pada air laut, yang sama dengan rasio pada komet. Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih berat daripada Hidrogen pada umumnya.
Karena semua kehidupan berasal dari air, maka setelah air terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.
Karena semua kehidupan berasal dari air, maka setelah air terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.
Masa VI (ayat 32-33): proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia gunung sebagai pasak Bumi
Dalam ayat 32 di atas, disebutkan ”…gunung-gunung dipancangkan dengan
teguh.” Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan,
pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk
dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai
terpecah.
Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan
akhirnya manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi,
usia manusia relatif masih sangat muda dalam skala waktu geologi.
Jika diurutkan dari Masa III hingga Masa VI, maka empat masa tersebut
dapat dikorelasikan dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10
yang berbunyi, ”Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh
di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar
makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai
jawaban) bagi orang-orang yang bertanya”.
Demikianlah penafsiran enam masa penciptaan alam dalam Al-Qur’an,
sejak kemunculan alam semesta hingga terciptanya manusia. Wallahu a’lam
bisshowab.
Katakanlah, “Adakah di antara sekutumu yang dapat memulai penciptaan,
kemudian mengulanginya kembali?”. Katakanlah, “Allah memulai
penciptaan, kemudian Dia mengulanginya (mengembalikannya). Maka
bagaimana kamu dipalingkan (menyembah selain Allah) ?”. (Q.S. Yunus [10]
: 34)
Penciptaan alam semesta menurut Al Quran
Penciptaan alam semesta menurut Al Quran - Alam Semesta Dan Isinya Dalam Al-Qur'an
Para Cendekiawan Barat telah mengakui tentang kelengkapan dan kesempurnaan isi Al-Qur'an. Edward Gibbon, ahli sejarah Inggris (1737-1794), di antaranya yang mengatakan, bahwa Al-Qur'an adalah sebuah kitab agama, yang membahas tentang masalah-masalah kemajuan, kenegaraan, perniagaan, peradilan, dan undang-undang kemiliteran dalam Islam. Isi Al-Qur'an sangat lengkap, mulai dari urusan ibadah, ketauhidan, sampai soal pekerjaan sehari-hari, mulai dari masalah rohani sampai hal-hal jasmani, mulai dari pembicaraan tentang hak-hak dan kewajiban segolongan umat sampai kepada pembicaraan tentang akhlak dan perangai serta hukum siksa di dunia.
Selain itu Al-Qur'an juga menerangkan tentang alam semesta dan seisinya."Kami turunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu." (QS. 16/ An-Nahl: 89). Bab ini khusus mengemukakan ayat-ayat Al-Qur'an tentang alam semesta yang menjadi tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. "Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan air itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh merupakanlanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti". (QS. 2/ Al-Baqoroh: 164)
Langit, Matahari, Bulan, Dan Bintang
Al-Qur'an menegaskan bahwa langit merupakan atap yang terpelihara, "Kami menjadikan langit sebagai atap yang terpelihara, namun mereka tetap berpaling dari tanda-tanda (kebesaran Allah) itu (matahari, bulan, angin, awan, dan lain-lain). (QS. 21/Al-Anbiya': 32) Langit diluaskan. "Langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan Kami benar-benar meluaskannya." (QS. 51/Adz Dzariyat: 47) Dan tidak terdapat keretakan sedikit pun di langit. "Apakah mereka tidak memperhatikan langit yang ada di atas mereka, bagaimana cara Kami membangunnya dan menghiasinya, dan tidak terdapat retak-retak sedikit pun." (QS. 50/Qof: 6)
Ada beberapa ayat Al-Qur'an yang menegaskan bahwa langit di atas sana terdiri dari tujuh tingkat. "Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit." (QS. 2/Al-Baqoroh: 29) "Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun, yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis." (QS. 67/Al-Mulk: 2-3) "Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis?" (QS. 71/ Nuh: 15)
Pakar Islam asal Turki, Prof. Harun Yahya, menafsirkan tujuh lapis langit dengan menganologikan atmosfir sebagai wujud langit. Analogi tersebut sangat mungkin sebab secara ilmiah atmosfir juga terdiri dari tujuh lapis. Setiap lapisan atmosfir dari yang paling bawah hingga paling atas mempunyai batas-batas yang tegas. Selain itu tingkat suhu pada masing-masing atmosfir berbeda-beda.
Para Cendekiawan Barat telah mengakui tentang kelengkapan dan kesempurnaan isi Al-Qur'an. Edward Gibbon, ahli sejarah Inggris (1737-1794), di antaranya yang mengatakan, bahwa Al-Qur'an adalah sebuah kitab agama, yang membahas tentang masalah-masalah kemajuan, kenegaraan, perniagaan, peradilan, dan undang-undang kemiliteran dalam Islam. Isi Al-Qur'an sangat lengkap, mulai dari urusan ibadah, ketauhidan, sampai soal pekerjaan sehari-hari, mulai dari masalah rohani sampai hal-hal jasmani, mulai dari pembicaraan tentang hak-hak dan kewajiban segolongan umat sampai kepada pembicaraan tentang akhlak dan perangai serta hukum siksa di dunia.
Selain itu Al-Qur'an juga menerangkan tentang alam semesta dan seisinya."Kami turunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu." (QS. 16/ An-Nahl: 89). Bab ini khusus mengemukakan ayat-ayat Al-Qur'an tentang alam semesta yang menjadi tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. "Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan air itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh merupakanlanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti". (QS. 2/ Al-Baqoroh: 164)
Langit, Matahari, Bulan, Dan Bintang
Al-Qur'an menegaskan bahwa langit merupakan atap yang terpelihara, "Kami menjadikan langit sebagai atap yang terpelihara, namun mereka tetap berpaling dari tanda-tanda (kebesaran Allah) itu (matahari, bulan, angin, awan, dan lain-lain). (QS. 21/Al-Anbiya': 32) Langit diluaskan. "Langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan Kami benar-benar meluaskannya." (QS. 51/Adz Dzariyat: 47) Dan tidak terdapat keretakan sedikit pun di langit. "Apakah mereka tidak memperhatikan langit yang ada di atas mereka, bagaimana cara Kami membangunnya dan menghiasinya, dan tidak terdapat retak-retak sedikit pun." (QS. 50/Qof: 6)
Ada beberapa ayat Al-Qur'an yang menegaskan bahwa langit di atas sana terdiri dari tujuh tingkat. "Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit." (QS. 2/Al-Baqoroh: 29) "Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun, yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis." (QS. 67/Al-Mulk: 2-3) "Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis?" (QS. 71/ Nuh: 15)
Pakar Islam asal Turki, Prof. Harun Yahya, menafsirkan tujuh lapis langit dengan menganologikan atmosfir sebagai wujud langit. Analogi tersebut sangat mungkin sebab secara ilmiah atmosfir juga terdiri dari tujuh lapis. Setiap lapisan atmosfir dari yang paling bawah hingga paling atas mempunyai batas-batas yang tegas. Selain itu tingkat suhu pada masing-masing atmosfir berbeda-beda.
Tujuh lapisan atmosfir yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Troposfir (atmosfir paling bawah), merentang di ketinggian 1618 km di wilayah tropis. Suhunya berkisar 57 derajat dibawah nol Celcius. Di atmosfir yang terdekat dengan bumi inilah perubahan-perubahan cuaca terjadi.
2. Stratosfir (atmosfirkedua). Letaknya di ketinggian 50 km dengan suhu berkisar 0 derajat celcius. Suhunya dalam lapisan atmosfir kedua ini tidak lebih tinggi dari itu sebab "didinginkan" sinar ultraviolet. Sewaktu proses pendinginan ini berlangsung, muncullah lapisan ozone yang sangat penting bagi kehidupan di bumi.
3. Mesosfir (atmosfir ketiga). Letaknya di ketinggian 80 km. Di sini suhunya bisa menurun hingga 73 derajat di bawah nol celcius.
4. Termosfir (atmosfir keempat). Suhunya mencapai 1232 derajat Celcius, kembali naik sesuai dengan ketinggian letaknya: 480 km.
5. Lonosfir (atmosfir kelima). Inilah atmosfir yang berperan penting dalam kelangsungan komunikasi di bumi. Sebab Ionosfir memantulkan kembali gelombang radio ke bumi.
6. Exosfir (atmosfir keenam). Letaknya yang di atas ketinggian 500 km menjadikannya menyatu dengan gas-gas antariksa. Molekul-melekul yang melesat dengan cepat memungkinkannya lepas dari gaya tarik bumi, lalu bertabrakan dengan molekul-molekul lain; dan
7. Magnetosfir (atmosfir ketujuh). Letaknya antara 3000 hingga 30.000 km, tepatnya di zona radiasi yang mengandung partikel-partikel ber-ion energi tinggi. Inilah zona yang disebut sabuk radiasi Van Allen. Mengapa lapisan ini dinamakan Magnetosfir? Sebab ion-ion dan patikel-partikel atom di bentangan ini nyaris sepenuhnya dikendalikan oleh lapangan magnetik bumi.
Berikut benda-benda penghias langit yang diterangkan dalam Al-Qur'an:
1. Matahari dan Bintang. "Dia juga menjadikan padanya (pada langit) matahari dan bulan yang bersinar." (QS. 25/ Al-Furqon: 61) "Di sana Dia menciptakan bulan yang bercahaya, dan menjadikan matahari sebagai pelita (yang cemerlang)? ." (QS. 71/Nuh: 16)
Sebelum para ilmuwan menemukan fakta bahwa matahari dan bulan mengitari porosnya, Al-Qur'an telah mengungkapkannya lebih dulu. "Dan Dia telah menundukkan matahari dan bulan bagimu yang terus-menerus beredar (dalam orbitnya), dan telah menundukkan malam dan siang bagimu." (QS. 14/Ibrohim: 33) "Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing beredar pada garis edarnya." (QS. 21/ Al-Anbiya': 33)
2. Bintang-gemintang. "Mahasuci Allah yang menjadikan di langit gugusan bintang-bintang." (QS. 25/Al-Furgon: 61) Bintang-bintangitu sebagai hiasan. "Dan sungguh Kami telah menciptakan gugusan bintang di langit dan menjadikannya terasa indah bagi orang yang memandangnya." (QS. 15/Al-Hijr: 16) Bintang-bintang itu juga menjadi petunjuk jalan bagi manusia. "Dan Dialah yang menciptakan bintang-bintang bagimu supaya kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut." (QS. 6/Al-An'am: 97) "Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk (jalan)." (QS. 16/An-Nahl: 16)
3. Kilat dan petir. "Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (QS. 24/An-Nur: 43) "Dialah yang memperlihatkan kilat kepadamu yang menimbulkan ketakutan atau harapan, dan Dia menjadikan mendung." (QS. 13/Ar-Ro'du: 12) Maksudnya petir menakutkan manusia karena gema gemuruhnya, namun juga harapan bahwa hujan akan turun
1. Troposfir (atmosfir paling bawah), merentang di ketinggian 1618 km di wilayah tropis. Suhunya berkisar 57 derajat dibawah nol Celcius. Di atmosfir yang terdekat dengan bumi inilah perubahan-perubahan cuaca terjadi.
2. Stratosfir (atmosfirkedua). Letaknya di ketinggian 50 km dengan suhu berkisar 0 derajat celcius. Suhunya dalam lapisan atmosfir kedua ini tidak lebih tinggi dari itu sebab "didinginkan" sinar ultraviolet. Sewaktu proses pendinginan ini berlangsung, muncullah lapisan ozone yang sangat penting bagi kehidupan di bumi.
3. Mesosfir (atmosfir ketiga). Letaknya di ketinggian 80 km. Di sini suhunya bisa menurun hingga 73 derajat di bawah nol celcius.
4. Termosfir (atmosfir keempat). Suhunya mencapai 1232 derajat Celcius, kembali naik sesuai dengan ketinggian letaknya: 480 km.
5. Lonosfir (atmosfir kelima). Inilah atmosfir yang berperan penting dalam kelangsungan komunikasi di bumi. Sebab Ionosfir memantulkan kembali gelombang radio ke bumi.
6. Exosfir (atmosfir keenam). Letaknya yang di atas ketinggian 500 km menjadikannya menyatu dengan gas-gas antariksa. Molekul-melekul yang melesat dengan cepat memungkinkannya lepas dari gaya tarik bumi, lalu bertabrakan dengan molekul-molekul lain; dan
7. Magnetosfir (atmosfir ketujuh). Letaknya antara 3000 hingga 30.000 km, tepatnya di zona radiasi yang mengandung partikel-partikel ber-ion energi tinggi. Inilah zona yang disebut sabuk radiasi Van Allen. Mengapa lapisan ini dinamakan Magnetosfir? Sebab ion-ion dan patikel-partikel atom di bentangan ini nyaris sepenuhnya dikendalikan oleh lapangan magnetik bumi.
Berikut benda-benda penghias langit yang diterangkan dalam Al-Qur'an:
1. Matahari dan Bintang. "Dia juga menjadikan padanya (pada langit) matahari dan bulan yang bersinar." (QS. 25/ Al-Furqon: 61) "Di sana Dia menciptakan bulan yang bercahaya, dan menjadikan matahari sebagai pelita (yang cemerlang)? ." (QS. 71/Nuh: 16)
Sebelum para ilmuwan menemukan fakta bahwa matahari dan bulan mengitari porosnya, Al-Qur'an telah mengungkapkannya lebih dulu. "Dan Dia telah menundukkan matahari dan bulan bagimu yang terus-menerus beredar (dalam orbitnya), dan telah menundukkan malam dan siang bagimu." (QS. 14/Ibrohim: 33) "Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing beredar pada garis edarnya." (QS. 21/ Al-Anbiya': 33)
2. Bintang-gemintang. "Mahasuci Allah yang menjadikan di langit gugusan bintang-bintang." (QS. 25/Al-Furgon: 61) Bintang-bintangitu sebagai hiasan. "Dan sungguh Kami telah menciptakan gugusan bintang di langit dan menjadikannya terasa indah bagi orang yang memandangnya." (QS. 15/Al-Hijr: 16) Bintang-bintang itu juga menjadi petunjuk jalan bagi manusia. "Dan Dialah yang menciptakan bintang-bintang bagimu supaya kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut." (QS. 6/Al-An'am: 97) "Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk (jalan)." (QS. 16/An-Nahl: 16)
3. Kilat dan petir. "Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (QS. 24/An-Nur: 43) "Dialah yang memperlihatkan kilat kepadamu yang menimbulkan ketakutan atau harapan, dan Dia menjadikan mendung." (QS. 13/Ar-Ro'du: 12) Maksudnya petir menakutkan manusia karena gema gemuruhnya, namun juga harapan bahwa hujan akan turun
Download
share :http://contohdakwahislam.blogspot.com/2013/02/penciptaan-alam-semesta-menurut-al-quran.html
No comments:
Post a Comment