MACAM-MACAM
SUJUD
1.
Sujud Syukur
Sujud
syukur adalah sujud yang dilakukan ketika mendapat kenikmatan dari Allah swt..
Sujud ini dilakukan sebagai tanda terima kasih kepada-Nya atas kenikmatan atau
karena terhindar dari kesusahan yang besar. Sujud syukur hukumnya sunnah. Sujud
syukur dilakukan ketika kita mendapat berbagai nikmat. Contohnya, sujud syukur
dilakukan apabila kita naik kelas, atau mendapat prestasi yang baik dalam
belajar, lulus ujian. Kesemuanya perlu disyukuri.
Sujud
syukur merupakan satu kebiasaan yang dikerjakan oleh Rasulullah saw. ketika
beliau memperoleh anugrah nikmat dari Allah swt.. Sebagaimana dalam riwayat
berikut.
عَنْ اَبِى بَكْرَةً اَنَّ النَّبِيَّ ص.م.
كَانَ إِذَا اَتَاهُ اَمْرٌ يَسُرُّهُ اَوْ بُشْرَى بِهِ خَرَّ سَاجِدًا شُكْرًا
ِللهِ
Dari
Abu Bakrah, “Sesungguhnya apabila datang kepada Nabi saw sesuatu yang
menggembirakan atau kabar suka, beliau langsung sujud berterima kasih kepada
Allah.
(H.R. Abu Dawud dan Tirmizi).
Syarat-syarat
sujud syukur sebagaimana syarat salat, seperti suci dari hadas dan najis,
menghadap ke kiblat serta menutup aurat. Sedangkan rukun sujud syukur, yaitu:
1)
Niat, 2) takbiratul ihram, 3) sujud, dan 4) memberi salam sesudah duduk.
Lafal
yang dibaca ketika melakukan sujud syukur adalah
رَبِّى
اَوْزِعْنِى اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِى اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى
وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَه وَاَدْخِلْنِى بِرَحْمَتِكَ فِى
عِبَادِكَ الصَّلِحِيْن
"Ya
Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan
amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam
golongan hamba-hamba-Mu yang saleh. (Q.S. An-Naml [27]: 19)
Lafal
sujud syukur ini adalah doa Nabi Sulaiman a.s. yang diabadikan dalam Al-Qur’an
Surah an-Naml: 19. Ketika itu Nabi Sulaiman a.s. tersenyum mendengar percakapan
semut yang hendak melindungi diri karena kedatangan pasukan Sulaiman melewati
sarangnya. Oleh karena itu Nabi Sulaiman bersyukur kepada Allah swt. atas ilham
yang telah dianugerahkan-Nya kepada Nabi Sulaiman.
Sujud
syukur juga sering dilakukan oleh para sahabat Nabi. Sebagai contoh adalah Abu
Bakar as-Sidik melakukan sujud syukur ketika mendengar kematian Musailamah
al-Kazab; kemudian Ali bin Abi Talib bersujud syukur ketika menemukan mayat
Dzat Tsudayah diantara orang-orang khawarij yang tewas terbunuh; Ka’ab bin
Malik melakukan sujud syukur ketika mendengar berita tentang tobatnya diterima
oleh Allah swt.
2.
Sujud Sahwi
Sujud
sahwi yaitu mengerjakan sujud dua kali yang dikerjakan sebelum salam setelah
selesai membaca bacaan tasyahud akhir. Sujud ini dilakukan karena ada keraguan
atau ada yang terlupa dalam mengerjakan salat.
Sebab-sebab
dilakukannya sujud sahwi adalah sebagai berikut.
- Kekurangan atau kelebihan rakaat, rukuk, atau sujud karena lupa. Apabila kekurangan maka jumlah rakaatnya dipenuhi dahulu.
- Ragu-ragu (syak) tentang bilangan rakaat yang telah dikerjakan.
- Lupa belum membaca tasyahud awal
Sebab-sebab
dilakukannya sujud sahwi adalah sebagai berikut. Cara melaksanakan sujud
sahwi adalah sebagai berikut.
- Apabila merasa ragu akan bilangan rakaat, maka pilihlah yang paling sedikit, kemudian disempurnakan jumlah rakaatnya, kemudian sujud sahwi sebelum memberi salam.
- Apabila jumlah rakaatnya kurang, maka harus dicukupi terlebih dahulu.
- Apabila belum membaca tasyahud awal, setelah teringat dan belum berdiri tegak, masih boleh mengerjakan tasyahud awal. Akan tetapi bila sudah terlanjur berdiri tegak, tasyahud awal dilampaui saja.
Bacaan
pada saat melaksanakan sujud sahwi adalah
سُبْحَانَ مَنْ لاَ يَنَامُ وَلَا
يَسْهُوْا.
Artinya:
”Mahasuci Allah swt. yang tidak tidur dan tidak lupa.”
Sujud
sahwi dilakukan sebelum salam, tetapi boleh juga dilakukan sesudah salam. Hukum
sujud sahwi adalah sunah. Sujud sahwi dilakukan sama dengan sujud rukun, yaitu
dua sujud dengan duduk di antara kedua sujud yang bacaannya sama dengan duduk
di antara dua sujud pada waktu salat.
3.
Sujud Tilawah
Sujud
tilawah artinya sujud bacaan, yaitu sujud yang sunah dikerjakan ketika
seseorang membaca ayat-ayat sajdah. Begitu pula orang yang mendengar bacaan
ayat-ayat tersebut. Apabila ayat-ayat sajdah dibaca dalam salat, maka apabila
imam melakukan sujud tilawah, makmumnya juga mengikuti untuk sujud tilawah.
Akan tetapi apabila imam tidak membaca sujud tilawah, yang mendengarkan tidak
disunahkan sujud.
Ayat-ayat
sajdah adalah ayat-ayat yang memuat lafal سَجَدَ – يَسْجُدُ – أَسْجُدُ
.
Dalam
sebuah hadis, Tirmizi meriwayatkan sebagai berikut.:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ ص.م. كَانَ
يُقْرَأُ عَلَيْنَا الْقُرْأَنَ فَإِذَا مَرَّ بِالسَّجْدَةِ كَبَّرَ وَسَجَدْنَا
مَعَهُ (رواه الترمذى)
Dari
Ibnu Umar, “Sesungguhnya Nabi saw. Pernah membaca Al-Qur’an di depan kami.
Ketika bacaannya sampai pada ayat Sajdah, beliau takbir, lalu sujud, maka kami
pun sujud bersama-sama beliau.” (H.R. Tirmizi).
Adapun
bacaan untuk sujud tilawah adalah
سَجَدَ وَجْهِىَ لِلَّذِى خَلَقَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ
بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِه.
Aku
sujud kepada Tuhan yang menjadikan diriku, Tuhan yang membukakan pendengaran
dan penglihatan dengan kekuasaan-Nya. (H.R. Tirmizi).
Syarat-syarat
sujud tilawah sebagaimana syarat salat, seperti suci dari hadas dan najis, menghadap
ke kiblat serta menutup aurat. Sedangkan rukun sujud tilawah di luar salat,
yaitu: 1) Niat, 2) takbiratul ihram, 3) sujud, 4) memberi salam sesudah duduk.
download klik disini
No comments:
Post a Comment