Siapakah
dan bagaimana karakteristik Tsauban? Apakah Ahlulbaitas memiliki
pandangan dan riwayat-riwayat mengenainya? Apa yang dimaksud oleh Maula
dalam kalimat “Tsauban Maula Rasulullah?”
Jawaban Global
Tsauban
yang dikenal sebagai Maula Rasulullah adalah salah satu dari budak atau
belian yang dibebaskan oleh Rasulullah. Setelah bebas, ia
menjadi sahabat Rasul dan Ahlulbait As. Terdapat riwayat dalam sebagian
kitab-kitab hadis yang menjelaskan tentang kecintaan mendalam lelaki
ini terhadap Rasulullah Saw dan keluarganya.
Jawaban Detil
Dengan demikian, Tsauban adalah salah satu dari sahabat Rasulullah, dengan sedikit informasi yang ada mengenainya, setidaknya bisa diketahui tentang kecintaannya yang mendalam kepada Rasulullah Saw dan keluarganya.
Dalam Rijâl Syaikh Thûsi dikatakan bahwa Tsauban yang mempunyai kuniyah (julukan) Abu Abdillah adalah salah satu sahabat Rasulullah saw.[3] Dan menurut nukilan Asqalani dalam al-Ishâbah, Tsauban adalah di antara sahabat terkenal Rasulullah Saw yang pada awalnya, dibeli oleh kemudian dibebaskan oleh Rasulullah saw. Namun setelah dibebaskan, ia sendiri memilih untuk berkhidmat kepada Rasulullah saw hingga akhir kehidupan beliau.[4]
Meski dalam literatur-literatur riwayat Syiah yang terkenal seperti kitab-kitab Arba’ah (Kutub al-Arba’ah), tidak ada satupun riwayat yang menukilkanya, akan tetapi dalam literatur-literatur lain telah dinukilkan sejumlah hadis-hadis riwayat mengenainya.
Di antara riwayat-riwayat yang ada yang bercerita dan menggambarkan tentang kecintaannya kepada Rasulullah Saw dan Ahli Baitnya adalah riwayat mengenai Rasulullah Saw yang menanyakan kecintaan Tsauban kepadanya dan kepada Ahli Bait As, dimana Tsauban menjawab, “Demi Allah, jika tubuhku terpotong-potong dengan pedang atau tergunting-gunting, atau terbakar di dalam api .... bagiku lebih mudah daripada memiliki ketakikhlasan terkecil dalam kalbuku terhadap Anda, Ahlulbait dan para sahabat.”[5]
Thabarsi dalam Majma’ al-Bayan setelah menyebutkan ayat, “Dan barang siapa yang menaati Allah dan rasul-(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para shiddîqîn, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”[6] mengatakan, “Disebutkan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Tsauban, pelayan Rasulullah Saw, karena suatu hari ia mendatangi Rasulullah dalam keadaan khawatir dan sakit, Rasulullah bertanya kepadanya tentang apa yang telah terjadi. Tsauban menjawab, “Wahai Rasulullah! Saya tidak sedang sakit, akan tetapi tengah berpikir bahwa kelak di hari kiamat, saya tidak akan melihat Anda lagi saat saya memasuki neraka, dan jika saya masuk ke surga, sayapun tidak akan bisa hadir di hadapan Anda karena kedudukan dan derajat lebih rendah yang saya miliki dari yang Anda miliki, sesungguhnya masalah inilah yang telah membuat saya bersedih.” Saat inilah kemudian ayat ini diturunkan, dan Rasulullah Saw bersabda kepadanya, “Demi Allah! Keimanan seorang Muslim tidak akan menjadi sempurna sehingga aku lebih dicintai daripada dirinya, ayahnya, ibunya, istrinya, anaknya dan dari seluruh manusia lainnya.”[7]
Dengan demikian, dengan memperhatikan persoalan yang telah dijelaskan, Tsauban dapat dianggap sebagai salah satu dari pecinta Rasulullah dan keluarga sucinya.
Akan tetapi dari konteks yang ada, makna kata maula yang terdapat untuk Tsauban (Tsauban Maula Rasulullah) dapat bermakna “Orang yang telah dibebaskan oleh Rasulullah” atau bermakna abdi atau budak Rasulullah, akan tetapi dengan memperhatikan bahwa Tsauban dari awal telah dibebaskan oleh Rasulullah, maka makna pertama lebih sesuai baginya.
Terakhir, kami ingatkan bahwa mengenai Tsauban tidak terdapat banyak riwayat dalam literatur Syiah, oleh karena itu tidak bisa ditemukan satupun pandangan dari Ahlulbait mengenai riwayatnya.[iQuest]
[1]. Kata “wilâyah” dan “maulâ” berasal dari akar kata wali, dan para ahli linguistik menyebutkan bermacam makna untuk kata ini, seperti, malik atau pemilik, abdi atau budak, mu’thiq (pembebas), mu’thaq (yang telah terbebas), shâhib (pemilik), qarîb (seperti anak lelaki paman), jâr (tetangga), hâlif (seperjanjian), ibnu (putra), paman dari pihak ayah, rabb (tuan pemelihara), nâshir (penolong), mun’im (yang diberikan karunia), nâzil (yang turun), syarîk (mitra), ibnu al-ukht (anak lelaki dari saudara perempuan), muhibb (pecinta), tabi’, shahr (menantu lelaki), aula bitasharruf
(seseorang yang dari satu aspek lebih layak untuk memanfaatkan sesuatu
dari orang lain), diadaptasi dari indeks “Makna Wilayah”, Pertanyaan 153
(Site: 1156).
[2]. Ibnu Hajar Asqalani, al-Ishâbah, jil. 1, hal. 528, Darulkutub al-Alamiyah, Beirut, 1415 HQ.
[5]. Tafsir Imam Hasan Askari As, hal. 370, Madrasah Imam Mahdi Ajf, Qom, 1409 H; Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 27, hal. 100, Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, Beirut, Cetakan Kedua, 1403 H.
[7]. Fadhl bin Hasan Thabarsi, Majma’ al-Bayân, jil. 3, hal. 110, Intisyarat-e Nashir Khusru, Teheran, 1372 S.http://www.islamquest.net/id/archive/question/en20415
SAHABAT RASULULLAH TSAUBAN RA
Salah
seorang sahabat sang Nabi saw ,Tsauban ra adalah orang yang sangat
mencintai sang nabi saw. Setiap ada perkumpulan majelis sang nabi
saw,tsauban ra tak pernah absent untuk menghadirinya. Baginya melihat
wajah sang Nabi saw menenangkan sanubari dan jiwanya.Semua permasalahan
dunia,rumah tangga sirna dengan melihat dan duduk bersama sang nabi saw.
Suatu hari Tsauban ra tidak hadir beberapa hari di majelis Sang nabi saw. Sang nabi yang melihat salah satu muridnya sekaligus sahabatnya tidak hadir menanyakan kabar darinya . Salah seorang sahabat diutus untuk melihat dan memanggil tsauban ra.
Dengan wajah pucat ,tubuh kurus kering air mata mengalir terus membasahi wajah tsauban ra dengan langkah lunglai mengahadap Rasulullah saw
Wahai tsauban sahabatku,sabda sang nabi saw, ada apakah ini?
Mahabbatuka ya Rasulullah,lirih tsauban ra
Tasuban yang beberapa hari tubuhnya menyusut kurus airmata terus mengalir di wajahnya, berkata: Ya Rasulullah ,” Aku teringat akan kematian begitu pula dengan engkau ya Rasulullah. Aku tak sanggup berpisah dengan engkau ya Rasulullah.
Ya Rasulullah, jika aku masuk surga aku tentu akan di tempatkan di surga yang paling rendah dan engkau pasti di surga yang paling tinggi.
Aku tidak menginginkan surga yang didalamnya aku tidak dapat melihat wajahmu ya Rasulullah,” keluh tsauban kepada Sang Nabi saw.
Betapa hancurnya hati sang Nabi saw mendengar keluhan sahabatnya yang tidak ingin berpisah darinya.
Begitu mendalamnya cinta tsauban ra kepada sang Nabi saw,sehingga kenikmatan surga yang dikabarkan kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah di dengar oleh telinga dan belum pernah terlintas dalam alam pemikiran manusia, tak membuat tsauban gembira, baginya apalah artinya surga dengan segala kenikmatannya bila sang Nabi saw tidak bisa berkumpul dan melihat wajahnya.
Kemudian sang nabi saw bersabda “ Seseorang akan dikumpulkan bersama dengan yang ia cintai” (HR Bukhari,Muslim)
Diperkuat lagi dengan turunnya ayat “Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul Nya,maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah,yaitu Para Nabi,Para Shiddiqin,para syuhada dan sholihin
Suatu hari Tsauban ra tidak hadir beberapa hari di majelis Sang nabi saw. Sang nabi yang melihat salah satu muridnya sekaligus sahabatnya tidak hadir menanyakan kabar darinya . Salah seorang sahabat diutus untuk melihat dan memanggil tsauban ra.
Dengan wajah pucat ,tubuh kurus kering air mata mengalir terus membasahi wajah tsauban ra dengan langkah lunglai mengahadap Rasulullah saw
Wahai tsauban sahabatku,sabda sang nabi saw, ada apakah ini?
Mahabbatuka ya Rasulullah,lirih tsauban ra
Tasuban yang beberapa hari tubuhnya menyusut kurus airmata terus mengalir di wajahnya, berkata: Ya Rasulullah ,” Aku teringat akan kematian begitu pula dengan engkau ya Rasulullah. Aku tak sanggup berpisah dengan engkau ya Rasulullah.
Ya Rasulullah, jika aku masuk surga aku tentu akan di tempatkan di surga yang paling rendah dan engkau pasti di surga yang paling tinggi.
Aku tidak menginginkan surga yang didalamnya aku tidak dapat melihat wajahmu ya Rasulullah,” keluh tsauban kepada Sang Nabi saw.
Betapa hancurnya hati sang Nabi saw mendengar keluhan sahabatnya yang tidak ingin berpisah darinya.
Begitu mendalamnya cinta tsauban ra kepada sang Nabi saw,sehingga kenikmatan surga yang dikabarkan kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah di dengar oleh telinga dan belum pernah terlintas dalam alam pemikiran manusia, tak membuat tsauban gembira, baginya apalah artinya surga dengan segala kenikmatannya bila sang Nabi saw tidak bisa berkumpul dan melihat wajahnya.
Kemudian sang nabi saw bersabda “ Seseorang akan dikumpulkan bersama dengan yang ia cintai” (HR Bukhari,Muslim)
Diperkuat lagi dengan turunnya ayat “Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul Nya,maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah,yaitu Para Nabi,Para Shiddiqin,para syuhada dan sholihin
(An Nisa 4:69)
http://hademince.blogspot.com/2010/12/sahabat-rasulullah-tsauban-ra.html
No comments:
Post a Comment